TUGAS SOFTSKIL MATAKULIAH PERILAKU KONSUMEN
KEPRIBADIAN, NILAI, DAN GAYA HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Di dalam
kehidupan kita dalam bermasyarakat, tentunya kita selalu melihat dari sisi
kepribadian, nilai, dan gaya hidup seseorang maupun pribadi masing-masing.
Kini gaya hidup
kita dapat dikatakan sudah memasuk gaya hidup era modern. Dimana gaya hidup kita, bangsa Indonesia, sudah tecampur
dengan gaya hidup barat. Baik dari segi prilaku, budaya, maupun dari segi
kuliner.
Rakyat
Indonesia, saya akui mudah sekali untuk menerima kebudayaan asing, kemudian
kebudayaan itu di tirunya dengan mudah. Bahkan kini kebudayaan asli bangsa
Indnesia sudah mulai redup, seiring berkembangnya kebudayaan barat di negri
kita.
Salah satu
contoh nyatanya adalah dengan mudah diterimanya salah satu kuliner dari
Amerika, makanan yang disajikan di restoran Mc’Donald, sangat mudah diterima
oleh masyrakat Indonesia. Karna rasa dan bentuknya yng unik, itu lah yang mudah
diterima oleh masyarakat kita.
Dan dapat dikatakan hampir semua orang
menyukai makanan yang disajikan oleh restoran tersebut. Baik tempat dan
pelayanan yang diberikan oleh restoran tersebut sangatlah baik. Manajemen yang
dilakukan oleh restoran tersebut sangat memperhatikan keinginan para konsumen, dengan tetap
mempertahankan cirri khas dari negara asalnya.
2.
Rumusan Masalah
1) Seperti apakah kepribadian dari para perilaku konsumen
dalam mengknsumsi sebuah produk?
2)
Nlai-nilai individu apa saja yang ada di masyarakat?
3)
Konsep dan gaya hidup seperti apa yang dilakukan oleh
para knsumen?
3. Tujuan
penelitian
Berdasarkan
permasalahan diatas, maka penelitian yang saya buat ini bertujaun untuk :
1)
Untuk
mengetahui kepribadian dari para prilaku konsumen
2)
Untuk
mengetahui nilai-nilai individu apa saja yang berkembang dimasyarakat.
3)
Untuk
mengetahui konsep gaya hidup seperti apa yang digunakn leh para konsumen.
4. Metodelogi
Penelitian
Menurut
cara perolehannya dalam penelitian ini saya menggunakan beberapa metode
diantaranya :
1. Melalui
data sekunder, yaitu data yang berasal dari pihak lain yang telah dikumpulkan dan
diolahnya terlebih dahulu.
2. Sedangkan
menurut sifatnya saya menggunakan data primer dan data sekunder.
3.
Dan menurut sumbernya,
dalam penelitian ini saya mengumpulkan data melalui dokumentasi, yaitu mencari
data-data melalui media internet.
5. Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara untuk masalah yang diteliti, yang dapat dirumuskan
sebagai berikut : Kepribadian, nilai dan gaya hidup yang berkembang
dimasyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Pendahuluan
A.
KEPRIBADIAN
1. Apakah yang di maksud dengan Kepribadian ?
Kepribadian
didefinisikan sebagai ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang menentukan dan
mencerminkan bagaimana seseorang berespon terhadap lingkungannya. Penekanan
dalam definisi ini adalah pada sifat-sifat dalam diri atau sifat-sifat
kewajiban yaitu kualitas, sifat, pembawaan, kemampuan mempengaruhi orang dan
perangai khusus yang membedakan satu individu dari individu lainnya. Kepribadian
cenderung mempengaruhi pilihan seseorang terhadap produk. Sifat-sifat inilah
yang mempengaruhi cara konsumen merespon usaha promosi para pemasar, dan kapan,
di mana, dan bagaimana mereka mengkonsumsi produk dan jasa tertentu. Karena
itu, identifikasi teerhadap karakteristik kepribadian khusus yang berhubungan
dengan perilaku konsumen sangat berguna dalam penyusunan strategi segmentasi
pasar perusahaan.
Sifat-sifat Dasar Kepribadian :
Sifat-sifat Dasar Kepribadian :
1)
Kepribadian mencerminkan perbedaan individu
Karena
karakterisitik dalam diri yang memebentuk kepribadian individu me rupakan
kombinasi unik berbagai faktor, maka tidak ada dua individu yang betul-betul
sama. Kepribadian merupakan konsep yang berguna karena memungkinkan kita untuk
menggolongkan konsumen ke dalam berbagai kelompok yang berbeda atas dasar satu
atau beberapa sifat.
2) Kepribadian bersifat konsisten dan bertahan lama
Suatu
kepribadian umumnya sudah terlihat sejak manusia berumur anak-anak , hal ini
cenderung akan bertahan secara konsisten membentuk kepribadian ketika kita
dewasa. Walaupun para pemasar tidak dapat merubah kepribadian konsumen supa ya
sesuai dengan produk mereka, jika mereka mengetahui, mereka dapat berusaha me
narik perhatian kelompok konsumen yang menjadi target mereka melalui sifat-sifat
relevan yang menjadi karakteristik kepribadian kelompok konsumen yang bersangku
tan. Walaupun kepribadian konsumen mungkin konsisten, perilaku konsumsi mereka
s ering sangat bervariasi karena berbagai faktor psikologis, sosiobudaya,
lingkung an, dan situasional yang mempengaruhi perilaku.
3) Kepribadian dapat berubah
Kepribadian
dapat mengalami perubahan pada berbagai keadaan tertentu. Karena adanya
berbagai peristiwa hidup seperti kelahiran, kematian, dan lain sebagainya.
Kepribadian seseorang berubah tidak hanya sebagai respon terhadap berbagai
peristiwa yang terjadi tiba-tiba, tetapi juga sebagai bagian dari proses menuju
ke kedewasaan secara berangsur-angsur.
Kepribadian
adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan bagaimana
seseorang merespon lingkungannya (Schiffman & Kanuk, 2000). Berdasarkan
definisi ini maka bisa disimpulkan bahwa yang ditekankan adalah
karakter-karakter internal termasuk didalamnya berbagai atribut, sifat,
tindakan yang membedakannya dengan orang lain. Secara praktis konsep
kepribadian dapat didifinisikan sebagai seperangkat pola perasaan, pemikiran
dan perilaku yang unik yang menjadi standar respon konsumen untuk berbagai
situasi. Pola ini memiliki beberapa ciri khas yaitu :
a.
Mencerminkan
perbedaan individu, kepribadian merupakan kombinasi pemikiran, perasaan dan
perilaku, maka kepribadian seseorang tidak akan pernah sama dengan yang lain
sekalipun anak kembar. Sehingga setiap konsumen tidak akam memberikan
respon yang
sama untuk setiap stimuli pemasaran yang di sediakan konsumen. Bagi manajer
pemasaran, kepribadian dapat digunakan sebagai acuan untuk membagi pasar dalam
beberapa kelompok.
b.
Konsisten, kepribadian
memiliki keteraturan dan keseragaman perilaku. Intinya seseorang bertindak
dengan cara yang sama untuk berbagai situasi yang berbeda. Meskipun kepribadian
bersifat jangka panjang, namun perilaku yang Nampak dapat bervariasi karena
adanya pengaruh lingkungan, social budaya, psokologis dan situasional. Hal ini
wajar karena kepribadian hanyalah satu dari sekian banyak factor yang
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
c.
Psikologis dan
Fisiologi, Kepribadian adalah konsep psikologis, namun para peneliti
berpendapat bahwa kepribadian juga dipengaruhi oleh proses biologis dan
kebutuhan manusia.
d.
Akibat dari
perilaku, Kepribadian tidak saja mempengaruhi bagaimana cara konsumen
bertindak dan merespon lingkungan tetapi juga cara mana yang digunakan.
e.
Kepribadian
dapat berubah. Dalam beberapa situasi yang signifikan kepribadian dapat
berubah. Seorang perempuan yang baru melahirkan anaknya akan mengalami
perubahan kepribadian
dari seorang
gadis menjadi seorang ibu. Namun demikian perubahan kepribadian ini akan
berjalan bertahap.
f.
Kepribadian
berinteraksi dengan situasi. Misalnya dalam situasi pembelian (pemenuhan
kebutuhan), orang yang dogmatic tidak akan seberani orang yang inovatif dalam
membeli produk baru. Sampai sekarang masih ada juga orang yang fanatic pada
produk dari Negara tertentu yang dipandang sebagai Negara berteknologi tinggi
dan memproduksi produk-produk yang berkualitas.
Personality seseorang, ditentukan oleh
tiga hal yang saling mendukung satu sama lain, dan merupakan satu kesatuan,
yakni:
a.
Genetik.Keturunan
Lingkungan, mulai dari budaya, lingkungan keluarga, sekolah, pergaulan. Situasi, kepribadian seseorang bisa berubah pada situasi-situasi tertentu. Idealnya seseorang akan memiliki kepribadian yang tidak jauh beda dengan leluhurnya/orang tuanya. Tetapi karena adanya pengaruh lingkungan atau situasi tertentu, bukan tidak mungkin kepribadiannya berbeda dengan ciri keperibadian keluarganya.
Lingkungan, mulai dari budaya, lingkungan keluarga, sekolah, pergaulan. Situasi, kepribadian seseorang bisa berubah pada situasi-situasi tertentu. Idealnya seseorang akan memiliki kepribadian yang tidak jauh beda dengan leluhurnya/orang tuanya. Tetapi karena adanya pengaruh lingkungan atau situasi tertentu, bukan tidak mungkin kepribadiannya berbeda dengan ciri keperibadian keluarganya.
b.
Dimensi
kepribadian
1) Ekstraversi. Suatu
dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang senang bergaul dan banyak
bicara dan tegas.
2) Sifat
menyenangkan. Suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang baik
hati, kooperatif dan mempercayai.
3) Sifat
mendengarkan kata hati. Suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang
yang bertanggung jawab, dapat diandalkan, tekun dan berorientasi prestasi
4) Kemantapan
emosional. Suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang tenang,
bergairah, terjamin (positif), lawan tegang, gelisah, murung dan tak kokoh
(negative).
5) Keterbukaan
terhadap pengalaman. Suatu dimensi kepribadian yang emncirikan seseorang
yang imajinatif, secara artistic peka dan intelektual.
2. Pola dan
jenis-jenis kepribadian
Pola
Kepribadian
Elizabeth B.
Hurlock mengemukakan bahwa pola kepribadian merupakan suatu penyatuan struktur
yang multi dimensi yang terdiri atas self-concept sebagai inti atau
pusat grafitasi kepribadian dan traits sebagai struktur yang
mengintegrasikan kecenderungan pola-pola respon. Masing-masing pola itu dibahas
dalam paparan berikut.
Self
Concept (Concept of Self)
Self-Concept
ini dapat diartikan sebagai (a) persepsi, keyakinan, perasaan, atau sikap seseorang
tentang dirinya sendiri; (b) kualitas pensipatan individu tentang dirinya
sendiri; (c) suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya sendiri dan
pandangan orang lain tentang dirinya.
Self-concept
ini memiliki tiga komponen, yaitu: (a) perceptual atau phsycal
self-concept, citra seseoarang tentang penampilan dirinya (kemenarikan
tubuh atau bodynya), seperti: kecantikan, keindahan atau kemolekan
tubuhnya; (b) conceptual atau psychological self-concept,
konsep seseorang tentang kemampuan (kelemahan) dirinya, dan masa depannya,
serta meliputi juga kualitas penyesuaian hidupnya: honesty,
self-confidence, independence, dan courage,
dan (c) attitudinal, yang menyangkut perasaan seseorang tentang
dirinya, sikapnya terhadap keberadaan dirinya, sikapnya terhadap keberadaan
dirinya sekarang dan masa depannya, sikapnya terhadap keberhargaan, kebanggaan
dan keterhinaannya. Apabila seseorang telah masuk masa dewasa, komponen ketiga
ini terkait juga dengan aspek-aspek: keyakinan, nilai-nilai, idealita, aspirasi,
dan komitmen terhadap filsafat hidupnya. Dilihat dari
jenisnya, self-concept ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai
berikut.
a.
The Basic Self-Concept
Jame
menyebutnya sebagai real self, yaitu konsep seseorang tentang dirinya
sebagaimana apa adanya. Jenis ini meliputi : persepsi seseorang tentang
penampilan dirinya, kemampuan dan ketidak mampuannya, peranan dan status dalam
kehidupannya, dan nilai-nilai, keyakinan, serta aspirasinya.
b.
The Transitory Self-Concept
Ini artinya
bahwa seseorang memiliki self-concept yang pada suatu saat dia
memegangnya, tetapi pada saat lain dia melepaskannya. Self-concept ini
mungkin menyenangkan, tetapi juga tidak menyenangkan. Kondisinya sangat situasional,
sangat dipengaruhi oleh suasana perasaan (emosi), atau pengalaman yang telah
lalu.
c. The
Social Self-Concept.
Jenis ini
berkembang berdasarkan cara individu mempercayai orang lain yang mempersepsi
dirinya, baik melalui perkataan maupun tindakan. Jenis ini sering juga
dikatakan sebagai mirror image. Contoh : jika kepada seorang anak
secara terus menerus dikatakan bahwa dirinya naughty (nakal), maka dia
akan mengembangkan konsep dirinya sebagai anak yang nakal. Perkembangan konsep
diri sosial seseorang dipengaruhi oleh jenis kelompok sosial dimana dia hidup,
baik keluarga, sekolah, teman sebaya atau masyarakat. Jersild mengatakan
apabila seoarang anak diterima, dicintai, dan dihargai oleh orang-orang yang
berarti baginya (yang pertama orang tuanya, kemudian guru, dan teman), maka
anak dapat mengembangkan sikap untuk menerima dan menghargai dirinya sendiri.
Namun apabila orang-orang yang berarti (significant people) itu
menghina, menyalahkan, dan menolaknya, maka anak akan mengembangkan sikap-sikap
yang tidak menyenangkan bagi dirinya sendiri.
d.
The Idea Self-Concept
konsep diri
ideal merupakan persepsi seseorang tentang apa yang diinginkan mengenai
dirinya, atau keyakinan apa yang seharusnya mengenai dirinya. Konsep diri ideal
ini terkait denga citra fisik maupun psikis. Pada masa anak terdapat diskrepansi
yang cukup renggang antara konsep diri ideal dengan konsep diri yang lainnya.
Namun diskrepansi itu dapat berkurang seiring dengan berkembangnya usia anak
(terutama apabila seseorang sudah masuk usia dewasa).
B.
NILAI-NILAI INDIVIDU
Pola yang
dapat kita lihat dari nilai adalah perubahan perilaku dan alasan seseorang
dalam membelanjakan uang atau sember daya yang mereka kelola dan mereka miliki.
Semakin tinggi mereka menilai dari suatu barang dan jasa terhadap kehidupan,
maka makin tinggi pula apresiasi mereka dalam memandang barang dan jasa
tersebut dari segi konsumsi.
Contohnya
adalah jika seseorang memandang bahwa menkonsumsi makanan di restoran Mc’Dnald
adalah sebuah keinginan dan kebutuhan. Maka ia akan berusaha untuk menikmati
makanan di restran tersebut dengan nyaman walaupun tentu ada uang yang harus ia
keluarkan untuk hal tersebut. Dan
sebaliknya, kalau
seseorang memandang mengkonsumsi makanan
yang disajikan di sebuah restoran tersebut sebagai sesuatu yang kurang begitu
penting bagi dirinya, maka ia tidak akan berusaha untuk datang dan mkan
direstoran tersebut. Walaupun ia sebenarnya memiliki kemampuan untuk datang dan
makan direstoran tersebut.
Dilihat dari
kepribadian,perilaku konsumen mempunyai nilai-nilai individu sebagai berikut :
a.
Id
Id itu untuk
mengusahakan segera tersalurkannya kumpulan-kumpulan energi atau ketegangan,
yang dicurahkan dalam jasad oleh rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun
dari luar.Berfungsi sebagai menunaikan prinsip kehidupan yang asli atau yang
pertama yang dinamakan prinsip kesenangan (pleasure principle).
Bertujuan
untuk mengurangi ketegangan. Ketegangan dirasakan sebagai penderitaan. Tujuan
dari prinsip kesenangan ini dapat dikatakan terdiri dari usaha mencegah dan
menemukan kesenangan.
b.
Ego
Ego
adalah Hubungan timbal balik antara
seseorang dengan dunia memerlukan pembentukan suatu system rohaniah
baru.Berlainan dengan id yang dikuasai oleh prinsip kesenangan, ego dikuasai
oleh prinsip kenyataan (reality principle).
Bertujuan untuk
menangguhkan peredaan energi sampai benda nyata yang akan memuaskan telah
diketemukan atau dihasilkan. Penangguhan suatu tindakan berarti bahwa ego harus
dapat menahan ketegangan sampai ketegangan itu dapat diredakan dengan suatu
bentuk kelakuan yang wajar.
c.
Super
Ego
Superego adalah
suatu cabang moril atau cabang keadilan dari kepribadian.Superego lebih
mewakili alam ideal daripada alam nyata. Superego terdiri dari dua anak system,
ego ideal dan hati nurani.
C.
KONSEP GAYA HIDUP DAN PENGUKURANNYA
Gaya hidup adalah
bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang ditentukan
oleh karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak lahir dan
seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani siklus
kehidupan.
Psikografi adalah
variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur gaya hidup. Bahkan sering kali
istilah psikografi dan gaya hidup digunakan secara bergantian. Beberapa
variabel psikografi adalah sikap, nilai, aktivitas, minat, opini, dan
demografi.
Teori sosio-psikologis
melihat dari variabel sosial yang merupakan determinan yang paling penting
dalam pembentukan kepribadian. Teori faktor ciri, yang mengemukakan bahwa
kepribadian individu terdiri dari atribut predisposisi yang pasti yang disebut
ciri (trait).
Konsep gaya hidup konsumen
sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan bagaimana seseorang
hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu mereka.
Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada perspektif internal, yang
memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan dan persepsi mereka
terhadap sesuatu. Ada 3 Faktor yang mempengaruhi
Gaya Hidup Konsumen
1)
Kegiatan
yaitu bagaimana konsumen menghabiskan waktunya.
2)
Minat
yaitu tingkat keinginan atau perhatian atas pilihan yang dimiliki konsumen.
3)
Pendapat
atau pemikiran yaitu jawaban sebagai respon dari stimulus dimana semacam
pertanyaan yang diajukan.
D.
PENGUKURAN GANDA PERILAKU INDIVIDU
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku individu terhadap pengambilan keputusan konsumen :
1.
Sikap orang lain
2.
Faktor
situasi tak terduga
Konsumen mungkin
membentuk kecenderungan pembelian berdasar pada pendapatan yang diharapkan,
harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Ada 5 tahap proses pengambilan keputusan pembelian
terdiri dari :
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian
bermula dari pengenalan kebutuhan (need recognition) pembelian mengenali permasalahan atau kebutuhan.
Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan
yang diinginkan.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang tergerak
mungkin mencari dan mungkin pula tidak mencari informasi tambahan. Jika
dorongan konsumen kuat dan produk yang memenuhi kebutuhan berada dalam
jangkauannya, ia cenderung akan membelinya.
3. Pengevaluasian Alternatif
Cara konsumen memulai
usaha mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individual dan
situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan
kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis.
4. Keputusan Pembeli
Tahap pengevaluasian,
konsumen menyusun peringkat merek dan membentuk kecenderuangan (niat)
pembelian. Secara umum, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang
paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan
pembelian dan keputusan pembelian.
5. Perilaku Setelah Pembelian
Pekerjaan pemasar tidak
hanya berhenti pada saat produk dibeli. Setelah membeli produk, konsumen akan
merasa puas atau tidak puas dan akan masuk ke perilaku setelah pembelian yang
penting diperhatikan oleh pemasar.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi,
Pola yang dapat dilihat dari kepribadian, nilai, dan gaya hidup seseorang
terkait dengan perilaku konsumen dalam memilih suatu produk yang akan beli,
karena suatu produk yang akan dibeli semua harus memenuhi kebutuhan yang
bersifat pribadi dari seseorang.
Pola kepribadian juga sangat erat dengan unsur-unsur nilai, dimana konsumen akan memilih suatu produk yang akan dibeli berdasarkan nilai produk itu sesuai dengan gaya hidup maupun kepribadian orang tersebut. Di era modernisai saat ini konsumen lebih cenderung berorientasi pada gaya hidup dan mulai meninggalkan nilai-nilai yang berlaku karena menurut para konsumen saat ini yang dibutuhkan adalah suatu sistematik unsur yang sesuai dengan design maupun life style yang sedang mode disaat waktu ini, dengan kata lain orang lebih ingin dipandang orang lain agar konsumen itu sendiri tidak dikatakan “tidak mode” atau “tidak fashionable”.
Pola kepribadian juga sangat erat dengan unsur-unsur nilai, dimana konsumen akan memilih suatu produk yang akan dibeli berdasarkan nilai produk itu sesuai dengan gaya hidup maupun kepribadian orang tersebut. Di era modernisai saat ini konsumen lebih cenderung berorientasi pada gaya hidup dan mulai meninggalkan nilai-nilai yang berlaku karena menurut para konsumen saat ini yang dibutuhkan adalah suatu sistematik unsur yang sesuai dengan design maupun life style yang sedang mode disaat waktu ini, dengan kata lain orang lebih ingin dipandang orang lain agar konsumen itu sendiri tidak dikatakan “tidak mode” atau “tidak fashionable”.
DAFTAR PUSTAKA